* Habib Jindan Naufal bin Jindan
“Tapi setiap kita harus berusaha memperbaiki diri sendiri dan keluarga, jangan menunggu orang lain,” ujarnya.Untuk itu, ia meminta kepada jamaah untuk menjaga empat waktu dalam sehari. Mulai antara magrib dan isya, masa sekitar satu jam seperempat ini, menurutnya tidak boleh dihabiskan untuk nonton kuis, gosip atau sinetron.
“Matikan TV dan lakukan empat amalan ini, solat sunnah, membaca Alquran, zikir atau hadir di majelis ilmu,” ujarnya.
Setelah itu, waktu sebelum subuh, meski hanya 15 menit sebelumnya harus sudah bangun untuk melaksanakan solat sunnah, walau hanya dua rakaat. Bahkan Habib Jindan mengenang, sewaktu ia kecil ia selalu dibangunkan orang tua sekaligus gurunya. Anak-anak usia 3-4 tahun pun dibangunkan, mereka memang bermain dan tidak solat.
“Tapi yang penting ketika rahmat dan karunia Allah turun di waktu fajar, mereka tidak tidur,” ujarnya
Waktu ketiga yang tidak boleh disiakan, adalah sehabis solat subuh sampai terbit matahari. Ini adalah waktu untuk zikir, ngaji atau belajar. Bukan untuk tidur atau kegiatan sia-sia lainnya.
“Barang siapa yang melakukan ini, Ia akan mendapatkan pahala haji dari Allah yang sempurna dan memperoleh rizki lebih cepat, dari orang yang subuh-subuh sudah bekerja,” ujarnya.
Terakhir waktu yang harus dipelihara adalah, saat-saat sebelum magrib, gunakan untuk duduk beristigfar, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah untuk berzikir pagi dan sore.
“Sayangnya, saat ini kita lebih banyak dibodohi oleh pemikiran asing dan buaian media, sehingga menyia-nyiakan keempat waktu tersebut,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengajak seluruh jamaah untuk kembali kepada Allah, kembali kepada sebuah peradaban yang terbukti dan terjamin, ratusan tahun telah membawa kebangkitan bagi umat manusia.
Imam Syafii dan kita
Kita melihat Imam Syafi’I dengan kecerdasan beliau, taqwa, ilmu dan akhlak beliau sebagaimana diakui oleh ulama salaf dan khalaf. Apabila kita renungkan bahwa betapa terbatasnya fasilitas yang dimiliki Syafi’I untuk menuntut ilmu, bahkan beliau tidak mampu memiliki alat tulis, sehingga harus menulis di atas tulang dan daun.
Dan apa yang dimiliki oleh pelajar kita zaman sekarang ini ?? Mereka memiliki alat tulis dan buku yang beragam, bahkan seragam dan sepatu yang setiap tahun diganti dengan yang baru.
Akan tetapi betapa jauhnya kita tertinggal oleh para pendahulu kita yang tidak memiliki fasilitas yang kita miliki sekarang ini. Sehingga banyak diantara kaum muslimin sekarang ini yang minim pengetahuan agamanya, sampai tidak mengenal akan hal hal yang membatalkan wudhu, atau fardhu fardhu wudhu, bahkan syarat sahnya wudhu. Bagaimana dengan wudhu mereka ? Bagaimana dengan solat mereka ? Bagaimana dengan puasa dan haji mereka ?
Kita terbuai oleh dunia kita yang fana ini. Sehingga yang tua, muda, besar, kecil, laki, perempuan yang mereka pentingkan adalah; bagaimana mencari kesejahteraan mereka di dunia yang akan mereka huni selama 60 atau 70 tahun (kalau panjang umur). Akan tetapi mereka melupakan kesejahteraan akherat yang pasti akan mereka huni tidak seribu tidak dua ribu tahun, tidak satu juta tidak dua juta tahun, akan tetapi kehidupan yang abadi, yang hanya ada dua alternatif, surga atau neraka.
Kita lebih baik menyibukkan diri kita dengan aib kita sendiri, dari pada mengorek ngorek aib orang lain. Banyak orang yang mengenal profil dari seorang artis, atau pemain bola, atau petinju, bahkan tokoh politikus. Akan tetapi betapa mengherankannya apabila seorang muslim mengenal mereka tadi, melebihi pengenalannya akan profil seorang ulama besar seperti Syafi’I, atau tokoh tokoh sahabat dan keluarga Rasulullah, bahkan melebihi pengenalannya akan Rasulullah, Nabinya sendiri.
Ia mampu menceritakan anda akan riwayat hidup seorang petinju dunia, akan tetapi tidak tahu riwayat hidup Pemimpin Akherat (Nabi Muhammad). Tidak mengetahui dimana beliau dilahirkan dan dimakamkan, tidak mengetahui usia beliau, serta siapa anak dan istri beliau.
Perlu ada yang membangunkan muslimin dari tidur mereka yang lelap dan panjang ini. Perlu ada yang menyadari akan tujuan kehidupannya di dunia yang fana ini. Perlu ada yang menyadari bahwa ia tidak akan ditanya; berapa penghasilanmu, atau apa mobilmu, atau apa jabatanmu, atau siapa artis favoritmu, akan tetapi akan ditanya dan dipertanggung jawabkan akan syariat Allah Ta’ala, serta akan pendidikan agama bagi anak dan istrinya. Semoga Allah Ta’ala mempercepat pertolonganNya bagi kaum Muslimin, serta menolak bala, musibah, kebodohan, kemaksiatan dan tipu daya Yahudi dan Nasrani dari kaum muslimin Amiin.