Surabaya, Jagad Ijo--
Reformasi tidak hanya membawa angin perubahan positif, tapi juga memunculkan ancaman khususnya bagi keberadaan Ahlussunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama atau Aswaja NU. Tantangan ini harus dijawab dengan kemunculan Komite Hijaz Baru.
"Angin reformasi yang terjadi ternyata tidak semata memberikan perubahan yang baik bagi situasi di negeri ini," kata KH Abdurrahman Navis. Justru dengan reformasi itu pula, mulai banyak aliran dan ideologi yang kalau dibiarkan akan mengancam eksistensi ajaran Aswaja NU, bahkan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, lanjut Kiai Navis, sapaan akrabnya.
Peringatan tersebut disampaikan Direktur PW Aswaja NU Center Jawa Timur ini saat memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi Dauroh Aswaja Internasional yang berlangsung, Ahad (13/3).
Kiai Navis kemudian menyebutkan kemunculan ideologi transnasional yang datang dari berbagai negera seperti Syiah, Wahabi, Salafi dan sebagainya yang hingga kini semakin menggerogoti Aswaja NU di sejumlah kawasan. Demikian pula kemunculan aliran ekstrem kanan dan kiri yang mengiringi kehadirannya di negeri ini. "Belum lagi lahirnya aliran baru di sejumlah daerah yang turut memperkeruh keadaan," ungkap Kiai Navis.
Sejumlah aliran dan ideologi tersebut tidak lagi secara sembunyi menyerang Aswaja NU. "Mereka bahkan terang-terangan membid'ahkan bahkan mengatakan kafir kepada kelompok yang tidak sejalan dengan kepercayaannya," kata kiai yang juga Wakil Ketua PWNU Jatim ini.
Kalangan yang kerap mengafirkan amaliyah para salafus shalih tersebut sudah merambah di banyak lini. "Dari mulai lembaga pendidikan dan tempat ibadah di sekitar kita," katanya di hadapan ratusan peserta dauroh.
Karenanya tidak ada pilihan lain bagi NU, kecuali meneguhkan dan membentengi akidah Aswaja dalam diri, keluarga, dan masyarakat.
"Dibutuhkan Komite Hijaz baru agar keberadaan Aswaja semakin teguh dan dapat membentengi dari sejumlah ancaman yang ada," tegasnya.
Lewat dauroh yang dikuhususkan kepada para putra kiai yakni gus atau gawagis ini maka akan ada tindaklanjut yang bisa dilakukan di masing-masing pesantren. "Bisa dengan mengadakan dauroh di pesantren maupun madrasah dan sekolah agar materi keaswajaan dapat semakin dioptimalkan," ujarnya.
Bagi Pengasuh Pesantren Nurul Huda Sencaki Surabaya ini, menjaga dan meneguhkan Aswaja sebagai bagian dari upaya menyelamatkan warisan para pendiri NU. "Kita rawat dan jaga warisan KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan muassis NU yang lain," pungkasnya.
Dauroh Aswaja Internasional lil Gawagis se-Jatim ini menghadirkan narasumber KH Marzuki Mustamar, KH Abdurrahman Navis, Ustadz Idrus Ramli, Ustadz Faris Khoirul Anam, Ustadz Ma'ruf Khozin, serta Alhabib Syekh Samir bin Abdurrahman al-Khauli al-Rifai al-Husaini dari Libanon. (Ibnu Nawawi/Mahbib)